PALU,Rajawalipost.com – Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sulawesi Tengah pada triwulan III-2017 sebesar 104,75. Artinya, masyarakat menilai kondisi ekonomi pada triwulan III-2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dibandingkan dengan triwulan II-2017 yang memiliki nilai ITK sebesar 106,42, optimisme konsumen Sulawesi Tengah terhadap kondisi perekonomian pada triwulan III-2017 ini mengalami penurunan. Seperti diketahui pada triwulan II-2017, optimisme masyarakat dibangun oleh momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang mendorong konsumsi dan pendapatan masyarakat meningkat. Sementara pada triwulan III-2017, meskipun terdapat momen Hari Raya Idul Adha dan dimulainya tahun ajaran baru, akan tetapi momen tersebut masih belum mampu mendorong ITK triwulan III-2017 menjadi lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2017.
Hal ini di kemukakan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Tengah Ir. Faisal Anwar, M.T.diruang meeting kantor BPS ,senin 6/11/2017
Lanjut Faisal,Komponen yang mendominasi ITK pada triwulan III-2017 ini yaitu pendapatan kini dan voluem konsumsi yang masing-masing sebesar 106,56 dan 105,77. Indeks pendapatan kini triwulan III- 2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 106,24. Peningkatan indeks pendapatan kini pada triwulan III-2017 sebesar 0,32 poin ini menunjukkan adanya kestabilan pendapatan masyarakat pasca momen hari raya Idul Fitri. Sama halnya dengan komponen pendapatan kini, komponen volume konsumsi juga menunjukkan kestabilan dengan kenaikan sebesar 0,38 poin dibandingkan triwulan II-2017. Seperti telah disebutkan sebelumnya, pada triwulan III-2017 ini masih terdapat momen seperti Idul Adha dan tahun ajaran baru yang mampu mendorong konsumsi masyarakat, meskipun tidak mampu mendorong kondisi perekonomian konsumen secara umum.
Selanjutnya, komponen pengaruh inflasi terhadap konsumsi justru menunjukkan penurunan yang cukup signifikan dibandingkan dua komponen lainnya. Komponen inilah yang menarik angka ITK menjadi lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Dilihat dari angka inflasi kota Palu selama triwulan III 2017 ini memang relatif rendah dan stabil, bahkan pada bulan September mengalami deflasi. Pada bulan Juli dan Agustus, angka inflasi pada dua bulan tersebut berturutturut sebesar 0,05 persen, sedangkan pada bulan September mengalami deflasi sebesar 0,13 persen.
Kepala Bidang Statistik Sosial BPS Sulteng Sarmiati menambahkan,jika ditelusuri lebih jauh, peningkatan volume/ frekuensi konsumsi rumah tangga terjadi baik pada kelompok makanan maupun bukan makanan dengan nilai indeks masingmasing 112,83 dan 103,75. Peningkatan volume konsumsi kelompok makanan terutama didorong oleh kelompok bahan makanan yang nilai indeksnya sebesar 115,71. Sementara untuk kelompok makanan dan minuman jadi nilai indeksnya 109,95.
Namun, hal yang sama tidak terjadi pada kelompok bukan makanan. Kelompok komoditi rekreasi justru mengalami penurunan volume konsumsi dengan nilai indeks 99,72. Sementara kelompok bukan makanan yang lain mengalami kenaikan dengan peningkatan volume konsumsi tertinggi pada triwulan III-2017 terjadi pada kelompok pendidikan. Hal ini menjadi wajar karena pada triwulan III-2017 ini menjadi momen tahun ajaran baru 2017/2018 sehingga pengeluaran rumah tangga untuk komoditi pendidikan lebih tinggi pada triwulan ini dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.
Perkembangan indeks konsumsi makanan dan bukan makanan di Sulawesi Tengah sejak triwulan I-2015 sampai dengan triwulan III-2017 mengalami fluktuasi dengan kecenderungan mengalami peningkatan untuk kelompok bukan makanan dan menurun untuk kelompok makanan. Secara umum, fluktuasi indeks konsumsi, terutama pada kelompok makanan memiliki tren menurun pada awal dan akhir tahun kemudian meningkat di pertengahan tahun. Kondisi ini disebabkan karena momen Ramadhan dan Idul Fitri terjadi pada pertengahan tahun. Pada momen tersebut, konsumsi masyarakat, terutama makanan, cenderung mengalami peningkatan. Penduduk di Sulawesi Tengah mayoritas beragama Islam, sehingga momen ini menjadi cukup berpengaruh. Sementara untuk kelompok bukan makanan memiliki tren yang lebih stabil. Selama periode triwulan I 2015 sampai triwulan III 2017, nilai indeks terendah dari kedua komponen ini terjadi pada triwulan I-2015 dengan nilai indeks konsumsi kelompok makanan sebesar 102,88 dan bukan makanan sebesar 85,25. Pada kelompok makanan, indeks tertinggi terjadi pada triwulan II-2016 dengan nilai sebesar 132,10. Adapun kelompok bukan makanan nilai indeks tertinggi terjadi pada triwulan III-2016 yaitu sebesar 113,99.
Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) Sulawesi Tengah pada triwulan IV-2017 sebesar 105,64, lebih tinggi dibanding ITK triwulan III-2017 saat ini. Hal ini mengindikasikan kondisi ekonomi konsumen diperkirakan akan meningkat pada triwulan IV-2017 dibandingkan dengan triwulan III-2017. Peningkatan ITK ini ditopang oleh perkiraan meningkatnya pendapatan rumah tangga dengan nilai indeks sebesar 106,56 dan rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi, dan pesta/hajatan yang juga diperkirakan meningkat dengan nilai indeks sebesar 104,04. Optimisme masyarakat ini dipicu oleh momen akhir tahun dimana banyak pegawai yang biasanya menerima bonus akhir tahun sehingga perkiraan pendapatan meningkat. Selain itu, momen libur Natal dan akhir tahun ini juga sebagian masyarakat melakukan liburan dan rekreasi. Oleh karena itu, ITK triwulan IV-2017 diperkiraan akan lebih optimis dibandingkan triwulan III-2017 ini.
ITK pada triwulan III-2017 seluruh provinsi di kawasan Sulampua berada di atas seratus yang berarti secara umum masyarakat Sulampua menilai kondisi ekonomi pada triwulan III-2017 mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Nilai ITK tertinggi dimiliki oleh Provinsi Papua Barat sebesar 118,14, dilanjutkan oleh Maluku sebesar 116,46. Sementara itu, Provinsi Sulawesi Tengah berada pada posisi terendah di antara sepuluh provinsi di Sulampua. Namun, apabila dilihat nilai ITK triwulan sebelumnya, sebagian besar provinsi mengalami penurunan angka ITK. Hal ini menunjukkan adanya pola perekonomian konsumen yang hampir sama di kawasan Sulampua. Selanjutnya, perekonomian masyarakat di kawasan Sulampua pada triwulan IV-2017 menurut persepsi konsumen sebagian besar diperkirakan masih akan mengalami peningkatan. Kondisi ini dapat dilihat dari nilai ITK hampir seluruh provinsi di Sulampua diperkirakan akan memiliki angka ITK di atas seratus, kecuali Sulawesi Tenggara (94,33). Adapun perkiraan nilai ITK triwulan-IV 2017 tertinggi di kawasan Sulampua yaitu Provinsi Papua Barat yang mencapai 119,64, diikuti Maluku sebesar 117,47, dan Sulawesi Utara sebesar 112,15. Pada level nasional, perkiraan ekonomi menurut konsumen juga masih akan mengalami peningkatan meskipun dengan tingat optimisme yang lebih rendah, yaitu dari 109,42 pada triwulan III-2017 ke 1105,49 pada triwulan IV-2017. (Pt-RI)