PALU,Rajawalipost.com – Aksi terorisme yang terjadi di sejumlah negara termasuk di Indonesia, didasari atas tumbuhnya pemikiran radikal dalam diri individu. Radikalisme bisa dilawan oleh pemahaman ideologi yang kuat.
” Sebab radikalisme timbul karena pemikiran, karena itu yang bisa menyelesaikan juga pemikiran. Ideologi dengan ideologi,” kata AD mantan simpatisan kelompok Mujahiddin Indonesia Timur ( MIT) Kabupaten Poso.
Menurut AD yang juga mantan Narapidana Kasus Teroris ( Napiter) Poso bahwa saat ini, sebagian besar eks anggota MIT, mendukung kebijakan pemerintah dan kinerja Polri dalam menciptakan situasi Kamtibmas di wilayah Poso dan Sulteng.
Kami juga mendukung terciptanya Pemilihan Kepala Daerah ( Pilkada) secara damai pada September 2020 mendatang, serta mendukung pelaksanaan operasi Tinombala dalam menyelesaikan permasalahan terorisme di Poso,” kata AD kepada wartawan pekan kemarin.
AD juga berharap sebaiknys pemerintah memberikan kegitan atau pelatihan kerja terhadap eks Napiter agar mereka memiliki keahlian untuk menghidupi keluarga.
Secara jujur, tambah AD, ia dan teman-temannya, ingin menjalankan kehidupan yang normal dan berpikiran positif, sehingga tidak terpengaruh lagi dengan aktifitas – aktifitas kelompok yang mengarah ke aksi terorisme.
” Rekan-rekannya di Palu juga ingin melakukan kegiatan seperti teman-teman yang ada di Poso yaitu mengerjakan usaha pertanian maupun usaha lainya,” cetus AD.
Intinya pinta AD, pemahaman maupun idiologi yang mengarah radikalisme dapat menjadi dasar seseorang melakukan aksi terorisme.
Olehnya itu, pihak -pihak terkait harus melakukan program deradikalisasi sebagai antisipasi penyebaran paham maupun idiologi yang mengarah ke tindakan radikalisme.
(Ags/Thio JmR)