PALU, Rajawalipost.com – Dugaan tim medis RSUD yang mengatakan penyakit Pasien PDP Grevani Sawane (18) mengarah ke Covid-19 dan terpaksa harus buru-buru di kuburkan ternyata keliru.
Hasil Swabtest terhadap warga Desa Kele’i, Kecamatan Pamona Timur yang meninggal pada Kamis (30/4) sekitar pukul 22.30 Wita dan sudah dikuburkan di pemakaman yang telah disiapkan Pemda Poso di Kelurahan Tegalrejo, Kecamatan Poso Kota Utara itu ternyata negatif.
“Pasien tersebut dinyatakan negatif Covid-19, setelah hasil tes swabnya keluar,” jelas Haris Kariming Juru Bicara Pusdantina Pemprov Sulteng seperti yang dikutip dari Beritaclick.com Sabtu (2/4) siang tadi.
Pihak Dinkes Provinsi sendiri tambah Haris sudah melakukan koordinasi terkait update data itu ke Gugus Tugas Covid-19 Nasional (sesuai SOP Kemenkes RI) dalam update tabulasi data gugus Covid-19 Nasional.
Negatifnya hasil Swab pasien tersebut sebenarnya sejak awal sudah diketahui oleh masyarakat dan keluarga korban di Kele’i. Tentang keyakinan negatifnya pasien itu juga sudah disebarluaskan lewat sejumlah postingan yang disebar di media sosial.
Bahkan lewat salah satu postingan di FB, oleh Kepala Desa Kele’i dan keluarganya, pasien yang sebelumnya diduga corona itu diminta untuk digali dan dikembalikan ulang ke kampung halamannya di Kele’i.
Berikut permintaan penggalian dan pengembalian jenazah korban yang ditujukan Kepala Desa Kele’i, Iyan Lateka kepada Bupati Poso, Darmin A Sigilipu.
“Slmt mlam pk Bupati, mhn Mf tanpa mngurangi rasa hormat Kami kpd Satgas covid-19 kab poso sesuai dgn informasi yg ada bhwa hasil swabtest dr anak Fani Sawane dinyatakan negative….utk itu ats nma keluarga & masyrakat mhon kiranya jenasah almrhm dpt difasilitasi utk dipindahkan k Kele’i …..”
Sebelumnya Juru Bicara Gugus Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Poso dr. Marwan kepada wartawan mengatakan,Pasien PDP asal Desa Kele’i yang meninggal pada Kamis (30/4) sekitar pukul 22.30 Wita itu meskipun hasil rapidtestnya negatif namun hasil pemeriksaan laboratorium penyakitnya menunjang ke arah virus corona.
Demikian pula karena kondisi pasien sudah tidak stabil sehingga tidak memungkinkan pasien menunggu tes Swab PCR.
“Pada saat rapid test kondisi daya tahan tubuh pasien sudah tidak stabil, sehingga dengan kondisi itu tidak mungkin pasien akan menunggu tes Swab karena untuk Swab harus buka mulut dan lain-lain,” jelas Marwan. (DT)