RAJAWALIPOST Sumber Berita Terkini
RajawaliPost – Rabu, 23-10-24, seorang warga ditemui di lapangan menyatakan tanggul penahan longsoran bawah hampir setiap jam terdengar bunyi gerakan tanah di bagian coran tersebut. “Saya mendengar bunyi pergeseran coran itu, saya tidak tahu faktor apa menyebabkan coran bergeser,” kata warga sambil mondar-mandir di area pekerjaan longsoran.
Proyek puluhan miliar penanganan longsoran Kebun Kopi Nupabomba menjadi sorotan pengguna jalan Kebun Kopi. Salah seorang warga Parimo sempat melintasi jalan tersebut, sebut saja Nur, menyayangkan anggaran negara begitu besar digelontorkan namun tidak dikerjakan secara matang. Nur menduga bahwa pergeseran coran tersebut disebabkan oleh daya dukung tanah yang tidak matang, dan pengkajian kurang tepat. “Pada perencanaan, harga satuan mungkin tidak sesuai, sehingga pelaksana kesulitan dalam mengelola (manajemen konstruksi) akibat membengkaknya harga yang tidak disurvei terlebih dahulu. Jika dikerjakan kembali, dimungkinkan akan merugi,” kata Nur menilai pekerjaan longsoran Kebun Kopi tidak sesuai spesifikasi.
Nur juga berharap aparat penegak hukum (APH) Sulteng melakukan pengumpulan data (puldata) dan bahan keterangan (baket) untuk mengetahui penyebab proyek penanganan longsor terkesan gagal konstruksi. Lain halnya dengan keterangan warga lainnya juga melintasi lereng Kebun Kopi, mengatakan coran lereng itu disebabkan oleh curah hujan deras, sehingga air hujan menggenangi galian lubang bahu jalan dan menggerus tiang coran hingga bergeser.
Sementara itu, pejabat pembuat komitmen (PPK) pekerjaan jalan nasional PJN wilayah II, Hasanah, dihubungi melalui WhatsApp dan telepon berulang kali, namun tidak direspon. Begitu halnya dengan Satker Yudha, hingga berita ini naik cetak tidak memberikan komentar.
Dalam papan proyek pekerjaan, PT Ganda Parede Konstruksi tercatat sebagai penyedia jasa.
