PALU,Rajawalipost.com – Intensitas curah hujan cukup tinggi di wilayah Sulawesi Tengah membuat sebagian daerah mengalami banjir bandang dan longsor.
Diantara daerah mengalami banjir desa Dampala, kecamatan Bahodopi , Kabupaten Morowali Kamis (16/7).
Akibatnya sebanyak 52 kepala keluarga, 175 jiwa dievakuasi ke tempat lebih aman, ketinggian air mencapai 1 meter.
Kepala Basarnas Palu Andrias Hendrik Johannes melalui Kepala Sub Seksi Operasi dan Siaga Andi Sultan, memberangkatkan satu tim rescue Unit Siaga SAR Morowali berjumlah 4 orang ke lokasi kejadian dengan membawa 1 unit perahu karet dan peralatan pendukung lainnya.
“Tim telah diberangkatkan ke desa Dampala sesaat setelah laporan diterima menurut informasi awal kami terima ketingian air, merendam pemukiman mencapai 1 meter sedangkan jumlah terdampak sebanyak 52 KK (175 jiwa), untuk kondisi cuaca di lokasi hujan deras, harapannya, semoga hujan cepat berhenti sehingga air kembali surut,” kata Andi Sultan.
Sementara enam rumah milik warga Desa Boyantongo, Kecamatan Parigi Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), ikut terseret banjir akibat luapan sungai, sekitar pukul 01.25 WITA dini hari.
Berdasarkan laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD), sekitar 12 rumah saat ini, terancam oleh arus sungai meluap hingga kepemukiman warga.
Kepala BPBD Parimo, Abd. Azis Tombolotutu, mengatakan, dari laporan timnya di lapangan, sekitar 22 jiwa dari enam kepala keluarga (KK) rumahnya terseret banjir, kini telah mengungsi.
Sementara, Jalan trans Sulawesi menghubungkan Kota Palu dan Kabupaten Parimo juga dibeberapa ruas titik mengalami longsor.
Material geogrid uniaxial menutup lereng tidak dapat menahan longsoran, menyebabkan arus lalu lintas di jalur tersebut sempat macet, sebab ada perbaikan dari dinas instansi terkait.
Kini setelah melalui perbaikan akses jalan tersebut sudah mulai dapat dilalui kenderaan, meski penuh dengan kewaspadaan tinggi.
” Sekarang jalannya sudah bisa dilewati, hanya saja perlu kewaspadaan, sebab struktur tanahnya kalau hujan bisa longsor kembali,” kata Man salahsatu warga Parimo baru melintas dijalan tersebut.
Ia mengaku, bila hujan turun, dirinya tidak berani melintas dikebun kopi, sebab sangat beresiko, jiwa dan keselamatannya terancam.
Dia lebih memilih melanjutkan perjalanan, bila hujan sudah reda. (Revol)