RajawaliPost, Langkah berani diambil oleh Anwar Hafid dalam kepemimpinannya sebagai Gubernur Sulawesi Tengah dengan menginstruksikan seluruh jajarannya untuk menghentikan aktivitas pemerintahan 30 menit sebelum azan berkumandang. Kebijakan ini menjadi gebrakan baru dalam dunia birokrasi di Indonesia, mengingat belum ada pemimpin setingkat gubernur, bupati, atau wali kota yang secara tegas mewajibkan ASN menghentikan pekerjaan ketika azan berkumandang.
Bahkan, Anwar Hafid mengeluarkan ultimatum bahwa kepala dinas atau kepala OPD yang mengabaikan instruksi ini akan diberhentikan dari jabatannya.
Konsep pergeseran paradigma kepemimpinan ini sejalan dengan pemikiran Thomas Kuhn (1964), yang menyatakan bahwa tidak ada konsep, teori, atau dalil yang bertahan selamanya tanpa mengalami perubahan. Namun, beberapa pakar, seperti Inu Kencana (2000), Ary Ginanjar Agustian (2010), serta Danah Zohar dan Ian Marshall (2001), berpendapat bahwa paradigma kepemimpinan yang berlandaskan ajaran ilahiah akan bertahan dan tidak mengalami krisis seperti yang dikatakan Kuhn.
Sebagai mantan bupati dan seorang birokrat, kepemimpinan Anwar Hafid sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama yang diyakininya membawa perubahan mendasar. Gerakan sholat berjamaah tidak hanya berdampak pada lingkungan pemerintahan, tetapi juga berimbas pada kehidupan rumah tangga ASN, mengurangi praktik korupsi, serta mencegah berbagai penyimpangan, terutama kejahatan jabatan.
Di Sulawesi Tengah, langkah ini dianggap sebagai keberanian besar. Birokrasi di provinsi ini tidak hanya terdiri dari kaum Muslim, tetapi juga dari berbagai agama lainnya seperti Kristen, Hindu, dan Buddha. Sejak era kepemimpinan gubernur sebelumnya, mulai dari Azis Lamadjido, HB Paliudju, Aminudin Ponulele, Longki Djanggola, hingga Rusdy Mastura, belum pernah ada kebijakan yang menginstruksikan ASN untuk sholat berjamaah di masjid saat jam kerja.
Meski demikian, Anwar Hafid menyatakan bahwa Presiden Jokowi pun mendukung kebijakan tersebut. Menurutnya, gerakan sholat berjamaah akan meningkatkan disiplin, loyalitas, dan kinerja birokrasi di Sulawesi Tengah, sekaligus menghapus praktik jual beli jabatan, korupsi, dan penyimpangan lainnya.
Disiplin, Loyalitas, dan Kinerja
Birokrasi pemerintahan membutuhkan ASN yang memiliki disiplin tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa kepemimpinan memiliki pengaruh besar terhadap disiplin seseorang. Marzuki (2003) dan Sudirman (2008) menemukan bahwa 45% tingkat disiplin dipengaruhi oleh kepemimpinan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya amal yang pertama kali dihisab pada seorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya. Maka, jika shalatnya baik, sungguh ia telah beruntung dan berhasil. Dan jika shalatnya rusak, sungguh ia telah gagal dan rugi.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan)
Sholat yang dilakukan tepat waktu melatih seseorang untuk disiplin. Hadits lain juga menyebutkan bahwa sholat di awal waktu adalah yang paling utama. Oleh karena itu, kebijakan yang diterapkan oleh Anwar Hafid dianggap relevan dan sangat penting dalam membangun birokrasi yang lebih baik.
ASN tidak hanya dituntut untuk disiplin, tetapi juga harus memiliki kinerja yang baik. Penelitian Muhammad Zainal Abidin (2013) menunjukkan bahwa sholat memiliki pengaruh sebesar 67,5% terhadap kinerja seseorang, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh disiplin. Hasil penelitian Wahyu Bagja Supemi (2018) juga menemukan bahwa sholat memiliki pengaruh sebesar 73,6% terhadap hasil belajar seseorang.
Di era kecerdasan buatan (AI) saat ini, banyak orang, termasuk ASN, yang menghabiskan waktu dengan perangkat teknologi seperti komputer, laptop, dan ponsel, sering kali untuk hal yang tidak produktif. Oleh karena itu, Anwar Hafid ingin mengubah kebiasaan ini dengan menerapkan gerakan sholat berjamaah di lingkungan pemerintahan.
Patut Diikuti oleh Bupati dan Wali Kota
Sebagai Ketua MCMI (Masyarakat Cinta Masjid Indonesia) Sulawesi Tengah, Anwar Hafid dinilai mampu membawa perubahan dalam mental birokrasi di provinsi ini. Meskipun bupati dan wali kota bukan bawahan langsung gubernur, jika mereka turut menerapkan kebijakan ini, maka birokrasi pemerintahan di Sulawesi Tengah berpotensi meraih prestasi yang lebih baik dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Gaya kepemimpinan Anwar Hafid tidak hanya berdampak pada ASN, tetapi juga pada masyarakat luas. Jika gerakan sholat berjamaah diterapkan secara masif, maka masjid akan semakin makmur dan masyarakat akan lebih sejahtera. Para bupati dan wali kota di Sulawesi Tengah yang ingin menciptakan perubahan positif sebaiknya mempertimbangkan untuk mengikuti langkah ini.
Dengan menempatkan kecerdasan spiritual sebagai prioritas utama, di atas kecerdasan intelektual dan emosional, Anwar Hafid menawarkan pendekatan baru dalam kepemimpinan yang tidak hanya berorientasi pada hasil, tetapi juga pada nilai-nilai moral dan keagamaan.