ANGKA KEMISKINAN SULTENG TERTINGGI DIWILAYAH SULAWESI

PALU,Rajawalipost.com – Angka penduduk miskin di Wilayah Sulawesi,Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) berada di posisi tertinggi.

Pada periode Maret – September 2017, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di Sulteng mengalami kenaikan.
Indeks Kedalaman Kemiskinan pada Maret 2017 adalah 2,55 dan pada September 2017 mengalami kenaikan menjadi 2,80. Demikian juga dengan Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami kenaikan dari 0,72 menjadi 0,78 pada periode yang sama. Sementara apabila dilihat pada periode sebelumnya, yaitu September 2016– September 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) juga mengalami kenaikan, kecuali di daerah perkotaan.

BACA JUGA : SEBELUM DILALAP SI JAGO MERAH,PEMILIK RUMAH MENDAPAT TELPON GELAP

Hal ini disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) sulteng Ir. Faisal Anwar,MT di hadapan sejumlah wartawan di ruang Video conference (Vicon) BPS. Selasa,(2/1/2017)

“Berdasarkan data,Jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah pada bulan September 2017 mencapai 423,27 ribu orang.
kenaikan jumlah penduduk miskin sebesar 5,41 ribu orang dibandingkan Maret 2017. Sementara
dibandingkan September 2016 jumlah penduduk miskin bertambah sebanyak 10,12 ribu orang.
Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret–September 2017, jumlah penduduk miskin di
daerah perkotaan naik sebesar 3,57 ribu sedangkan daerah perdesaan naik sebesar 1,84 ribu orang.
Persentase kemiskinan di perkotaan naik dari 10,16 persen menjadi 10,39 persen, sedangkan di
perdesaan naik dari 15,54 persen menjadi 15,59persen”.Paparnya

Persoalan kemiskinan bukan hanya sekedar berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang perlu diperhatikan
adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan. Selain harus mampu memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri.

BACA JUGA :POLRI GANDENG BNI DALAM PENGELOLAAN PNBP

Faisal Anwar yang didampingi Kepala Bidang Statistik Distribusi
Wahyu dan Kepala Bidang Statistik Sosial Sarmiati, merinci beberapa faktor yang terkait dengan tingkat kemiskinan selama periode Maret–September 2017, antara lain adalah selama periode Maret-September 2017 terjadi inflasi umum sebesar 2,01 persen. Selain itu, rata-rata upah buruh pada sektor industri, perdagangan, dan transportasi pada September 2017 turun masing-masing sebesar 6,10 persen, 5,12 persen, dan 3,45 persen.
Selanjutnya, pada periode Maret– September 2017, harga eceran
beras, rokok kretek filter, tongkol, cakalang, telur ayam ras,
dan daging sapi mengalami kenaikan. Rata-rata harga beras mengalami kenaikan sebesar 0,44 persen, harga rokok kretek filter naik 4,00 persen, harga tongkol naik 44,06 persen, harga cakalang naik 63,38 persen, harga telur ayam ras naik 1,82 persen, dan harga daging sapi naik 0,16 persen.

Naiknya harga beberapa komoditi pokok tersebut kata Faisal, selain
memicu kenaikan garis kemiskinan (GK) juga menekan daya beli
masyarakat karena merupakan komoditi yang jumlah konsumsinya sangat dominan di bulan September 2017.
Sementara itu, Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Sulteng Wahyu
menjelaskan, pada bulan September 2017, jumlah penduduk miskin di Sulawesi Tengah mencapai 423,27 ribu orang (14,22 persen), bertambah sebesar 5,41 ribu orang dibandingkan dengan kondisi Maret 2017 yang sebesar 417,87 ribu orang (14,14 persen).
Persentase penduduk miskin di daerah perkotaan pada Maret 2017
katanya, sebesar 10,16 persen, naik menjadi 10,39 persen pada
September 2017. Sementara persentase penduduk miskin di daerah
perdesaan pada Maret 2017 sebesar 15,54 persen naik menjadi 15,59 persen pada September 2017.
Ia menyebutkan, selama periode Maret– September 2017, jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan naik sebanyak 3,57 ribu orang,
dari 77,98 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 81,56 ribu orang pada September 2017. Sementara di daerah perdesaan juga naik sebanyak 1,84 ribu orang, yakni dari 339,88 ribu orang pada Maret 2017 menjadi 341,72 ribu orang pada September 2017.   (MM)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *